You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.

Sistem Informasi Desa Narawita

Kec. Cicalengka, Kab. Bandung, Prov. Jawa Barat

Kesehatan Mental dan Virus Corona


KESEHATAN MENTAL DAN VIRUS CORONA

 

Dalam masa virus corona saat ini, dunia lebih berfokus pada aspek kesehatan dalam penananan virus corona. Akan tetapi, masih sangat sedikit yang membahas kondisi mental atau psikologis manusia saat masa pandemi virus corona. Pandemi ini tentu saja juga memberi tekanan mental pada setiap orang, seperti menimbulkan rasa takut, bosan karena ada di rumah, serta hal lainnya.

 

Kita dipaksa untuk terus berada di rumah dalam jangka waktu yang lama, dan tentu saja hal itu sangat membosankan. Lama kelamaan, kondisi ini bisa membuat kita cemas, stress, dan sedih. Pada akhirnya, stress dan cemas ini membuat kita mudah sakit karena dapat menekan system kekebalan tubuh kita.

 

Dilansir dari The Ecologist [09/4/2020] Dr. Amy Pollard, pendiri dan Direktur Mental Health Collective, berkata bahwa kesehatan memtal kita berada di bawah ancaman yang tidak bisa kita bayangkan, orang-orang di seluruh dunia dipaksa untuk berdiam di rumah serta harus merelakan kebebasannya begitu saja. “Alam menenangkan kita dan mengurangi kecemasan. Jadi, kita mengumpulkan ide-ide dan sumber daya mendukung orang untuk terhubung dengan alam, dengan cara apapun yang mereka bisa,” tuturnya.

 

Miles Richardson, profesor psikologi dari Universitas Derby, Inggris, memiliki tesis bahwa koneksi ke alam dapat meningkatkan kesehatan karena adanya peningkatan kebahagiaan. Kesimpulannya, ketika kita menghabiskan waktu di alam, kita dapat merasa lebih bahagia dan merasa senang.

 

Richardson bersama Kirsten McEwan, Frances Maratos dan David Sheffield dalam artikel Joy and Calm: How an Evolutionary Functional Model of Affect Regulation Informs Positive Emotions in Nature (diterbitkan Jurnal Ilmu Psikologi Evolusi, volume 2: 2016) menjelaskan bagaimana hati dan emosi manusia diatur oleh alam. Manusia sendiri mengalami tiga dimensi yaitu kepuasan, dorongan, dan ancaman.

 

Agar kita sejahtera, keseimbangan dari tiga dimensi ini sangat diperlukan. Rasa bahagia dan puas harus ada untuk menyeimbangkan dorongan, ancaman dan kepuasan. Kita bisa menilai sendiri perasaan ketika berada di lingkungan pedesaan dan di lingkungan perkotaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al, lingkungan pedesaan mampu mengaktifkan system saraf parasimpatik yang berhubungan dengan kepuasan. Sedangkan di lingkungan perkotaan cenderung  mengaktifkan saraf simpatik yang berhubungan dengan ancaman dan dorongan.

 

Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika kita berada di lingkungan pedesaan atau hutan, bisa menenangkan fikiran dan membuat kita tenang. Serta ketika kita berada di lingkungan perkotaan, maka dapat membuat kita tertekan karena berbagai situasi yang ada di lingkungan perkotaan.

 

Dengan demikian, kesehatan mental kita akan terjaga. Selain itu, imun kita juga akan bertambah jika kesehatan mental kita baik, apalagi jika diimbangi dengan olahraga yang cukup untuk kesehatan fisik.

 

Penulis : Atep Yanyan Saepul Romdon/Magang

 

Sumber :

https://www.mongabay.co.id/2020/05/06/virus-corona-dan-kesehatan-mental-kita/

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-52001346

 

Bagikan artikel ini:
Komentar